Pages

Kamis, 18 Agustus 2011

Pacaran Setelah Menikah?

Dalam konteks kehidupan jangka panjang, ada gejala sosial yang perlu dikoreksi terkait dengan hubungan muda-mudi. Masyarakat umum kini telah dibentuk pikirannya untuk menerima aktifitas bernama pacaran yang terselip di antara sekolah/kuliah dan menikah atau berimpit dengan masa-masa sekolah/kuliah.
Pacaran yang dimaksud adalah aktifitas terbuka maupun rahasia, yang melibatkan sepasang manusia berlawanan jenis yang sedang mewujudkan perasaan kasih sayang berupa perilaku mencari kesenangan baik berupa menghabiskan waktu bersama sekadar untuk bercakap-cakap yang tidak perlu, maupun tindakan lain di luar kendali akal dan logika.
Apabila aktifitas berpacaran tersebut dilakukan dalam ikatan pernikahan, maka keindahan dunia yang terasa akan semakin lengkap dengan adanya jaminan keamanan saat di akhirat kelak. Adapun bagi yang menjalaninya sebelum ada ikatan pernikahan, sungguh banyak ranjau cobaan yang siap untuk meledak, mencelakakan pelakunya di dunia dan di akhirat.
Mengapa sebaiknya tidak berpacaran sebelum menikah?
- membuang waktu untuk sesuatu yang dapat merusak masa depan dan mempermainkan hati
- menghabiskan biaya yang tidak sedikit
untuk manfaat yang belum nyata dan jauh dari kemuliaan
- tidak aman karena tidak ada kontrak, lemah di sisi hukum, berpotensi konflik dengan merugikan pihak wanita
- berbohong dan berdusta menjadi hal biasa demi menyembunyikan tabiat asli atau menenangkan hati lawan jenis
- wanita dapat berpacaran dengan lebih dari satu pria, dan sebaliknya, tanpa saling mengetahui
- godaan syaitan untuk berzina sangat kuat, seperti kuatnya godaan kepada Nabi Adam untuk memakan buah khuldi
- setelah zina, ada potensi munculnya anak di luar pernikahan, status hukumnya lemah bila tanpa ada ayah
- bila anak tidak diinginkan oleh ibu atau ayahnya, ada potensi pembunuhan terhadap janin maupun bayi
- si pria harus bertanggung jawab bila si wanita hamil, padahal belum tentu wanita itu berpacaran hanya dengan 1 pria
- dokumentasi mesum yang memalukan dapat saja muncul beberapa tahun kemudian, bahkan setelah menikah dengan orang lain
- menularnya penyakit kelamin, hingga AIDS yang mematikan
- kualitas diri menjadi rendah, tak ubahnya barang display yang bebas disentuh siapa saja yang sedang menjadi pacar, padahal yang dinikahinya nanti besar kemungkinan adalah orang lain
- mengundang ghibah, menjadi gunjingan kerabat, dapat mempermalukan orang tua
- anak (di masa depan) sulit dilarang berpacaran, karena tahu bahwa orang tuanya pun dulu berpacaran
Manusia diciptakan dengan keunggulan dan kelemahan. Salah satu kelemahan manusia adalah ketertarikan terhadap lawan jenis yang timbul dari interaksi yang sering maupun spontan. Hubungan tanpa komitmen dapat dianggap mempermainkan hati dengan sengaja, dan sulit untuk dicari penawarnya apabila salah satu merasa dikecewakan.
Tips: Jangan dekati lawan jenis (target), kecuali tujuan Anda adalah untuk menikah dengannya. Apabila Anda belum siap untuk menikah, jangan mau didekati, maupun mendekati lawan jenis.
Jadi, urutan yang benar bukanlah pacaran lalu menikah, tetapi menikahlah dulu, baru pacaran.
Bila tidak berpacaran, bagaimana kita bisa tahu tentang calon pasangan yang akan menikah dengan kita?
1. Cukup dengan berkenalan, tanyakan hal-hal yang perlu untuk ditanyakan, misalnya pekerjaannya, penghasilannya, misinya berkeluarga, hobi dan kesenangannya, kesehatannya, jumlah tanggungannya dalam keluarga, dll.
2. Temui calon pasangan di bawah pengawasan muhrimnya/muhrim kita, pandanglah hal yang menarik dari dirinya.
3. Cari referensi dari orang ketiga, konfirmasikan tentang yang ingin diketahui.
4. Amati dari jauh seperlunya, tanpa perlu diketahui oleh yang sedang diamati.
5. Pertimbangkan persamaan dan perbedaan, antisipasi hal-hal yang berpotensi menjadi penyebab konflik.
6. Memohon petunjuk kepada Allah SWT untuk diberikan yang terbaik sebagai pasangan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak cucu Adam bagian dari zina, yang ia pasti mengetahuinya. Zina mata berupa pandangan, zina lisan berupa ucapan, dan jiwa mengharap dan menginginkan. Dan kemaluan yang membenarkan atau mendustainya”. [Hadits Riwayat Muttafaqun 'alaihi]
Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)
Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)
Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

Merayu Diri Agar Mencintai Al-Qur’an


 
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS Al-Fajr [89]:27-30)
Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu?
Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur’an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan diri kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur’an.
Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Qur’an antara lain:

  1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Qur’an.
  2. Kita paham bahwa menghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah.
  3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai langkah standar minimal untuk dapat memahami isi Al-Qur’an.
  4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Qur’an sangat besar fadhillahnya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Qur’an maka sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Qur’an.
  5. Kita paham bahwa shalat yang baik – khususnya shalat malam – adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita kadang tidak tertarik terhadap besarnya fadhillah membaca Al-Qur’an di dalam shalat.
  6. Kita sadar bahwa dakwah dijamin oleh nash Al-Qur’an dan Allah Swt akan memberikan kemenangan, namun jiwa kita tidak sabar dengan prosesnya yang panjang sehingga cenderung meninggalkan atau lari dari medan dakwah.
  7. Kita paham betul bahwa banyak keutamaan di dunia dan akhirat bagi manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur’an, tetapi fadhillah tersebut hanya menjadi pengetahuan, tidak mampu menghasilkan energi yang besar untuk beristiqamah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
  8. Kita paham dengan sangat jelas bahwa semua tokoh Islam di atas bumi ini adalah orang-orang yang telah berhasil dengan ilmu Al-Qur’an dan merekapun menguasai kehidupan dunia, namun jiwa kita enggan mempersiapkan generasi mendatang yang hidupnya berada di bawah naungan Al-Qur’an.
Jangan pernah berhenti untuk merayu diri agar segera bangkit. Tanyakanlah pada diri kita:
  1. Wahai diri, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Mengaku cinta kepada Allah Swt tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan Kalam-Nya. Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, ia menjadi senang membaca suratnya bahkan berulang-ulang? Mengapa kamu begitu berat dan enggap untuk hidup dengan wahyu Allah Swt? Adakah jaminan bahwa kamu mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih? Dengan apa lagi kamu mampu meraih pahala Allah Swt? Infak cuma sedikit, jihad belum siap, kalau tidak dengan Al-Qur’an, dengan apa lagi?
  2. Wahai jiwaku, siapa yang menjamin keamanan dirimu saat gentingnya suasana akhirat? Padahal Rasulullah Saw menjamin bahwa Allah Swt akan memberikan keamanan bagi manusia yang rajin berinteraksi dengan Al-Qur’an, mulai dari sakaratul maut hingga saat melewati shirat.
  3. Wahai jiwaku, tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Dengan nikmat-Nya yang demikian banyak, yang diminta maupun tidak, tidakkah kamu bersyukur kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an?
  4. Wahai jiwaku, sadarkah kamu ketika Allah Swt dan Rasulnya mengajak dirimu memperbanyak hidup bersama Al-Qur’an? Untuk siapakah manfaat amal tersebut? Apakah kamu mengira bahwa dengan banyak membaca Al-Qur’an maka kemuliaan Allah dan Rasul-Nya menjadi bertambah? Dan sebaliknya, jika kamu tidak membaca Al-Qur’an, kemuliaan itu berkurang? Sekali-kali tidak. Semua yang kita baca dan lakukan, kitalah yang paling banyak mendapatkan manfaatnya.
  5. Wahai jiwa, tidakkah kamu merasa khawatir dengan dirimu sendiri? Selama ini hidup tanpa al-Qur’an, jatah usia makin sedikit, tabungan amal shalih masih sedikit, jaminan masuk surga tak ada di tangan. Sampai saat ini belum mampu tilawah rutin satu juz per hari, jangan-jangan Al-Qur’anlah yang tidak mau bersama dirimu karena begitu kotornya dirimu sehingga Al-Qur’an selalu menjauh dari dirimu.
  6. Wahai jiwa, tidakkah engkau tergiur untuk mengikuti kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabat serta tabiin yang menjadi kenangan sejarah sepanjang zaman dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an? Jika hari ini kamu masih enggan berinteraksi dengan Al-Qur’an apa yang akan dikenang oleh generasi yang akan datang tentang dirimu?
Ungkapan di atas adalah perenungan terhadap diri sendiri dalam urusan dunia dan akhirat, hal yang dianjurkan oleh Allah Swt agar hidup kita tidak berlalu begitu saja tanpa makna.
“….Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu supaya kamu berpikir. Tentang dunia dan akhirat…” (QS Al-Baqarah [2]: 219-220)

Memulai Usaha Walaupun Masih Berstatus Karyawan

  Apabila pekerjaan yang kita tekuni selama ini kurang membuat dapur mengepul, sah-sah saja kita mencari penghasilan sendiri, asalkan tidak mengganggu aktifitas pekerjaan rutin kita. Lantas bagaimana mensiasati agar kita dapat kedua-duanya, pekerjaan rutin lancar dan samoingan juga lancar, berikut tips-tipsnya :

1. Waktu Dan Karyawan
        Untuk membangun bisnis samil bekerja, memang awalnya diperlukan pengorbanan yang besar, terutama pengorbanan terhadap waktu. Untuk itulah, pengonsepan bisnis bisa dilakukan di malam hari. Kalo secara konsep sudah siap, eksekusinya bisa hari Sabtu dan Minggu. Nah, tetap kita butuh mempekerjakan karyawan agar waktu kita tidak tersita dioperasional. Sebelum kita bekerja, sudah ada pekerjaan. Seandainya kita pulang atau keluar kerja, pekerjaan tetap ada. Jadi pandanglah pekerjaan ini dengan arif.

2.  Konsentrasi.
         Konsentrasi akan terbelah itu mungkin. Komputer kan bisa multi tasking. Tapi tidak semua orang bisa berfikir banyak masalah. Tapi kalau kita bisa bijak, ya di pekerjaan kita konsentrasi di pekerjaan. Saat istirahat atau pulang kerja baru kita berfikir perusahaan sendiri. Bisa juga kalau di tengah kerja ternyata ketemu  ide bagus, ya ditulis garis besarnya dan detailkan pada sore harinya sehabis pulang kantor atau jam-jam lowong diluar kantor.
        Namun sebelum berbisnis di kantor ada banyak hal yang perlu kita lakukan/ jalankan terlebih dulu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
  1. Minimal kita suddah diangkat menjadi pegawai tetap atau menjadi karyawan yang di anggap lama.
  2. Memiliki hubungan yang baik dan kenal dengan banyak orang di kantor.
  3. Ridak menyalahai aturan perusahaan.
  4. Bisnis dilakukan di luar jam kerja atau saat-saat senggang yang diperbolehkan atasan.
  5. Tidak Bisnis barang atau jasa terlarang oleh hukum dan peraturan yang berlaku.
  6. Berbisnis dengan cara-cara yang simpatik tanpa memaksa orang untuk membeli.
  7. Hindari menawarkan bergabung / join MLM dengan iming-iming kaya harta melimpah  ruah.
  8. Kalau bisa aras seizin atasan langsung dan direstui leh teman-teman sekantor (rekan kerja),
  9. Hindari membawa barang dagangan dalam jumlah besar di tempat kerja. Gunakan sistem layanan antar di luar lingkungan kantor.
  10. Janan bersaing langsung pada produk yang mana sudah ada toko penjual resmi dikantor,         

Rabu, 17 Agustus 2011

FAKTA TENTANG WANITA yang Harus PRIA KETAHUI

 Banyak yang tidak diketahui pria tentang wanita, bahkan semakin jelas perbedaannya, wanita memang di ciptakan unik dan berbeda dengan laki-laki.
  1. Wanita memiliki intuisi yang kuat. Sehingga dia akan cepat mengetahui jika dibohongi oleh pasangannya.
  2. Wanita mempunyai tulang punggng yang lebih besar dan lebar. Pada wanita, lemak yang tertimbun berada dipunggung, sedangkan di pria di perut.
  3. Wanita mempunyai sel darah 1 juta lebih sedikit dari pria. Dan, rata-rata berat otak pria +1,4 kg, sedangkan wanita kurang dari segitu.
  4. Wanita tidak suka sesuatu yang berlebihan. Sebenarnya, wanita suka bila diperhatikan, tetapi jangan over. Oleh karena itu salah satu yang bisa anda lakukan mengatur  volume  telepon.
  5. Wanita multitasking (melakukan beberapa pekerjaan secara bersama-sama).
  6. Wanita bisa membaca pikiran pria. Namun, terkadang, terlihat seperti sedikit lemot, manja, bahkan pura-pura bodoh. Hal ini dikarenakan mereka tahu bahwa pria tidak suka wanita yang lebih pintar atau sok tau.
  7. Dalam hal menilai pria, wanita lebih pedulu terhadap karakternya daripada penampilannya. Meskipun terkadang penampilannya menjadi hal yang cukup krusial, namun umumnya wanita tetap melihat karakter.
  8. Sebagian besar wanita tidak menyukai serangga. Bahkan, perempuan terkuat sekalipun selalu membutuhkan pria ketika ada serangga yang muncul.
  9. Wanita kurang mampu menhan dingin disebabkan oleh permukaan kulitnya yang lebih besar, sehingga lebih suka kepada suhu ruang yang hangat,
  10. Wanita tidak pernah tahan untuk tidak menjawab telepon, apapun yang sedang dilakukan. Hal ini dikarenakan mereka menganggap telepon sebagai pengumuman lotere dan mereka adalah pemenangnya.
  11. Pria akan mencari hiburan sebagai kesempatan untuk lari dari kenyataan, sedangkan wanita mencari hiburan untuk mengingatkan diri sendiri bahwa "segala sesuatu" bisa berbahaya.
  12. Bila pria pergi untuk 7 ari perjalanan, maka dia akan membawa pakaian untuk 5 hari, dan akan memakai pakaian yang sama untuk beberapa hari. Tetapi, bila wanita pergi untuk 7 hari perjalanan, maka dia akan membawa pakaian untuk 21 Hari. ini karena wanita tidak peduli terhadap pakaian yang akan dikenakan pada masa yang akan datang. 
 

Selasa, 16 Agustus 2011

Nasihat Nabi Seputar Kegemukan

  "Tidaklah seorang anak Adam (manusia) mengisi bejana (kantong) yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa siap yang bisa menegakan tulang sulbinya. jikalau memang harus berbuat, maka sepertiga untuk makanannya sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan lainnya)

 Ilmu pengetahuan telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa obesitas (kegemukan) dari sisi kesehatan adalah bentuk ketidakseimbangan dalam metabolisme tubuh. Dan hal itu disebabkan oleh akumulasi (penumpukan) lemak atau gangguan endokrin (kelenjar dalam tubuh). Dan genetika (garis keturunan) tidak memiliki oeran besar dalam masalah obesitas sebagaimana yang telah diyakini beberapa kalangan. Dan penelitian-penelitian ilmiah telah menegaskan bahwa obesitas (kegemukan) memiliki dampak yang berbahaya pada tubuh manusia.
      Salah satu data Statistik menyatakan bahwa semakin panjangh garis ikat pinggang (sabuk) semakin pendek garis umurnya. Maka orang-orang yang lingkar oerut mereka lebih panjang (lebih besar) daripada lingkar dada merela, tingkat kematiaannya lebih besar/tinggi. Sebagaimana penelitian juga telah membuktikan bahwa penyakit diabetes (kencing manis/gula) lebih sering menimpa orang yang gemuk (obesitas) daripada orang normal. Dan sebagaimana obesitas juga berpengaruh pada organ tubuh yang lain dan secara khusus terhadap jantung, dimana lemak menggantikan posisi beberapa sel otot jantung, yang secara langsung mempengaruhi kinerjanya. Dan penelitian ilmiah tersebut memperingatkan untuk tidak menggunakan obat-obatan untuk menurunkan berat badan karena bahaya yang akan ditimbulkan olehnya. Dan ia mengisyarakatkan bahwa pengobatan yang paling tepat untuk obesitas  dan pencegahannya adalah dengan mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Allah untuk tidak israf (berlebihan) letika makan dan dengan cara sunnah Rasulullah SAW ketika makan, sebagaimana yang dijelaskan oleh beliau dalam hadist di atas


Sehat Berjilbab

  1.  Pilihlah kerudung atau jilbab yang mudah meyerap keringat. Seperti katun  atau kaos. Bahan kain yang mudah menyerap keringat dengan pori-pori besar sangat berguna untuk memudahkan sirkulasi udara di kepala. 
  2. Anda suka model kerudung modern. Boleh saja ada mengkreasikan model kerudung anda hingga berlapis-lapis. Tapi ingat jangan lebih dari 4 helai ya, Semakin tabal kerudung anda, makin sulit rambut anda bernafas.
  3. Hindari menggunakan lapisan kerudung dengan terlalu sering dan kencang. Selain membuat rambut sulit bernafas, hal ini juga berpotensi untuk membuat kulit kepala lembab.
  4. Jika hendak menggunakan jilbab lebih baik anda mengurangi rambut anda atau jangan mengikatnya terlalu kencang. Untuk menghindari rambut yang digulung sebaiknya jangan biarkan rambut anda panjang melebihi 60 cm
  5. Hindai warna gelap untuk kerudung ataupun jilbab. Warna gelap mudah menyerap sinar matahari. Jika aktifitas anda lenih banyak di bawah sinar matahari lebih baik memilih warna lembut atau putih.
  6. Jangan terlalu sering mengikat kerudung anda di bagian leher. Udara yang keluar masuk ke rambut anda akan semakin menipis jika anda mengikat kerudung di leher. Kerudung sebaiknya dilepas hingga bagian tepinya menjuntai agar rambut mudah bernafas. Cara ini pula yang diajarkan oleh Islam, yakni menutup bagian dada.

Senin, 15 Agustus 2011

Etika Bertamu

1. Beritikad yang baik
       Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memiliki i'tikad dan  niat yang baik. bermula dari i'tikad dan niat yang baik ini akan mendorong mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.

2. Tidak Memberatkan Tuan Rumah
        Hendaknya bagi seorang amu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana disabdakan oleh Rosulullah SAW
"Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal ditempat saudaranyaitu terjatuh ke dalam perbuatan dosa, Para sahabat bertanya : "Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?" Beliau menjawab: "Dia tinggal ditempat sauranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.


3. Memperhatikan Waktu Berkunjung
         Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya. Dikatakan oleh sahabat Annas : "Rasululloh SAW tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore" (Muttafaqun 'Alaihi).


4. Memberitahukan Sebelumnya
        Sebelum bertamu haruslah memberitahukan sebelumnya pada tuan rumah yang akan mengunjungi kita itu agar tuan rumah dalam kondisi siap untuk menyambut kita. Kebanyakan orang bertamu tanpa memberitahukan sebelumnya sehingga tuan rumah tidak punya persiapan untuk  menjamu tamu padahal menjamu tamu itu kesunnhan.

5. Membawa Oleh-oleh
        Di anjurkan membawa oleh-oleh pada tuan rumah sebagai sebuah tradisi yang baik agar tuan rumah merasa senang dengan oleh-oleh itu, karena siapa tahu tuan rumah dalam keadaan kekurangan, siapa tahu oleh-oleh itu nantinya juga dipake untuk menyuguhkan jamuan pada kita.






Minggu, 14 Agustus 2011

Kiat Mudik Aman & Nyaman

Resiko mudik dengan sepeda Motor
    Sebenarnya cukup banyak juga yang menjelaskan bahwa mudik dengan motor memiliki resiko yang lebih besar dianding dengan mobil., bus ataupun denganalat transportasi lainnya. Namun karena keaadaan kadang pilihan mudik dengan motor harus diambil juga.
   "Mudik dengan sepeda motor itu sangat tidak aman. Tingkat resikonya sangat tinggi." (Jakarta, 26/09/08. Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal).
     Jika pun memaksakan untuk melakukan mudik dengan sepeda motor, masyarakat harus memperhatikan sejumlah hal yang berkaitan dngan faktor eselamatan. Antara lain wajib menggunakan helm dan menyalakan lampu disiang hari, tidak berboncengan lebih dari dua orang, tidak membawa barang yang berlebih sehingga mengganggu keseimbangan pengemudi, serta tidak pula melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Agar lebih aman lagi, pemudik tidak berkendara non stop lebih dari dua jam. Harus diselingi istirahat dan mengemudi secara bergantian agar tidak terlalu lelah. Usahakan pula untuk berangkat secara berkelompok, tidak sendiri-sendiri,
    Beberapa tahun lalu terjadi kasus tragis yang menimpa keliarga pemudik sepeda motor, yakni meninggalnya seorang anak dibawah umur karena dibonceng bapaknya di bagian depan, sehingga selama perjalanan dari jakarta menuju Solo si amak terkena angin dan debu jalam jumlah yang belum bisa diadaptasinya. Tingkat kecelakaan pun termasuk tinggi jika dibandingkan dengan kendaraan mudik lainnya.

Berdesakan
       Lonjakan arus penumpang mudik selalu tak terbendung. Potensi terjadinya kejahatanhingga hal yang merugikan lainnya sangat besar, ini karena budaya masyarakat belum bergeser dimana masih terfokus sebelum lebaran. Padahal, mudik tak harus dilakukan sebelum Lebaran.. Kalau saat ini, penumpang bejubel, berdesak-desaka, rentan terjadi hal-hal yg tidak dinginkan. Seoalah tradisi mengabaikan segalanya.. Seharusnya mudikbisa saja dialihkan di luar hari Lebaran. Apalagi, jumlah penumpang tentu tak sesesak saat lebaran. Lagi pula, mudik setelah lebaran tak mengurangi keafdholan dan makna Lebaran. Setelah Lebaran, kondisi penumpang berangsur normal. Sehingga tak perlu berjubel dan berdesakan.  "Kalau mau nyaman dan aman pulang kampung, tidak salahnya setelah Lebaran saja," imbau salah satu Kepala Stasiun Semarang.

Macet
      Perjalanan mudik seringkali diwarnai kemacetan luar biasa selama perjalanan. Namun kemacetan itu dinilai hal biasa sebagai resiko yang harus dihadapi. Para pemudik enjoy saja mesk harus bermacetria. para pemudik ke Sukoharjo misalnya, harus rela menanggung "derita" nerjam-jam di kendaraannya akibat kondisi kendaraan yang padat tidak bergerak.
      "Kalau keadaan seperti itu, nikmati saja, karena kalu berhenti juga ngga bisa keluar. Tanggung seklai, tunggu saja sambil santai dan ngemil" ujar Fitri, salah seorang calon pemudik".
Kemacetan sudah menjadi pemandangan umum dakam perjalanan mudik tahunan. Dengan kecepatan rendah tapi berdesakan. yang harus dilakukan adalah :
  • Buatlah celah antara mobil yang agak lebar untuk meminimalisir resiko tergores.
  • Sebaiknya tunggu sampai kendaraan di depan sudah agak jauh baru mulai berjalan dengan begitu mobil terhindar dari kondisi setengah kopling terlalu sering, terlebih dijalan menanjak. Jangan lupa selalu unakan rem tangan untuk menahan gerakan mobil.
  • Pada kondisi berheti lama di kemacetan lebih dari 30 detik diposisikan transmisi ke netral. Pada mobil bertransmisi manual, pedal kopling yang terlepas dari injakan tentu sangat membahyakan. Sedangkan pada mobil bertransmisi automatic, menggunakan posisi D terlalu lama saat berhenti dapat menambah konsumsi BBM.
  • Perhatikan jarak mobil di belakang melalui spion agar terhindar dari tabrakan beruntun.
  • Selalu gunakan lampu sein ketika akan berpindah jalur ataupun memotong jalur untuk belok atau putar balik. Jika tidak diberi jalan jangan memaksa. Tunggulah hingga pengemudi di belakang memberi jalan.
  • Perhatikan selalu indikator temperatur dan indikator lapu oli secara periodik agar dapat mengetahui kondisi mesin.
     Siapkan Mental & Fisik

  • Berdoalah sebelum melakukan perjalanan, semoga dalam perlindungaNya kita dapat sampai di tujuan dengan selamat.
  • Berfikir positif selalu, kesehatan mental sangat berpengaruh kepada perilaku kita di jalan raya, perilaku yang ugal-ugalan atau arogan sering sekali mengakibatkan hal yang kurang baik bagi kita sendiri.
  • Supaya fisik tetap sehat dan segar selama perjalanan, sebaiknya makan pagi yang cukup sebelum melakukan perjalanan.
  • Tidur yang cukup sebelum melakukan perjalanan.
  • Sebagai jaga-jaga terjadi kelelahan, bawalah makanan setiap makan seperti biskuit berkalori tinggi dan air mineral secukupnya, dan juga alas untuk rehat sementara.
  • sering-seringlah minum, karena bila dehidrasi maka keadaa tubuh akan melemah.
  • Waspadai "angin duduk", yang gejala awalnya adalah perut kembung namun tidak bisa buang angin, hal semacam ini harus diwaspadai mengingat "angin duduk" yang kronis dapat mengakibatkan pengemudi mengalami koma, bawalah obat-obatan untuk "menolak angin".
  • Bila dirasa tempat tujuan yang hendak dicapai cukup jauh, sebisa mungkin istirahatlah setiap ada tempat pemberhentian (alon-alon asal kelakon kata mbah bikers)., baik di pom bensin maupun di tempat keramaian, juga agar terhindar dari tindak kejahatan.
      GPS



    Saat ini sudah semakin banyak yang enggunakan GPS untuk membantu bernavigasi dalam perjalanan baik pada mobil maupun motor. Berbagai macam merek dan model GPS pun banyak beredar, mulai dari GPS yang memang khusus untuk pemakaian pada mobil, PDA yang ditambahkan fitur GPS, handphone dengan GPS hingga jam tangan dengan GPS. Semua bertujuan sama yaitu alat bantu Navigasi.
     Banyak sekali yang bisa dimanfaatkan dari GPS, salah satunya alat navigasi seperti kompas. Lewat semacam gadget yang sudah dilengkapai sinyal penerima GPS serta penambahan peta, maka alat ini sudah bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga bisa mengetahu jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.


Jumat, 12 Agustus 2011

Tentang Saya

Nama ku Ahmad Azka Prasetyo, Sekolah di SMK N 1 PURWOKERTO Jurusan Tekhnik Komputer dan Jaringan.
  • Saat ini masih berstatus sebagai siswa SMK N 1 PURWOKERTO dan mengambil jurusan TKJ.
  • Aktifitas organisasi yang pernah saya ikuti yaitu OSIS,PRAMUKA,ROHIS, dan KOPERASI SISWA.
  • aku suka dengan hal-hal yang mengenai Agama dan juga yang berbau Sepak bol, mulai dari Liga Inggris, Liga Italia, Liga Sepanyol dan juga jika ada waktu pasti aku menontonnya.
  • Film Favoritku yaitu Sang Pencerah.

Membelakangi Al-Quran, Masalah Besar

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, pada kesempatan yang insya Allah diberkahi Allah ini akan kami kemukakan tentang membelakangi Al-Qur’an adalah masalah besar.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW lewat Malaikat Jibril sebagai pedoman utama ummat Islam. Menjadi kewajiban bagi ummat Islam untuk mengangkat Al-Quran sebagai landasan utama dalam mengamalkan Islam di samping berpedoman pula kepada Hadits Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam. Mengimani seluruh isi Al-Quran hukumnya wajib, sedang mengingkari satu bagian dari ayat Al-Quran saja hukumnya murtad alias keluar dari Islam. Jadi iman kepada seluruh ayat Al-Quran itu mutlak wajibnya. Dan keimanan itu harus dibuktikan dengan amal. Sedang membaca Al-Quran itu sendiri nilainya adalah ibadah.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, meskipun kedudukan Al-Quran itu demikian tingginya dalam Islam, namun belum tentu orang yang mengaku dirinya Muslim mau memperhatikan kitab sucinya itu. Padahal tidak memperhatikan kitab suci Al-Quran itu bukan masalah kecil, namun merupakan masalah besar. Sehingga Nabi Muhammad n pun mengeluhkan akan ada diantara kaumnya yang tidak memperhatikan Al-Quran; bahkan keluhan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam itu langsung difirmankan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُو [الفرقان/30]
Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini suatu yang tidak diperhatikan." (QS. Al-Furqon [25] : 30)
Siapakah yang rasa cinta kasihnya kepada ummatnya melebihi Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang berdo’a untuk ummatnya sampai menangis, hingga Allah mengutus Malaikat Jibril agar menanyakan kenapa Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam menangis? Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam-lah yang sangat mencintai ummatnya. Dalam hadits Shahih Muslim diriwayatkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- تَلاَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى إِبْرَاهِيمَ ( رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِى فَإِنَّهُ مِنِّى) الآيَةَ.
وَقَالَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ) فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ « اللَّهُمَّ أُمَّتِى أُمَّتِى ». وَبَكَى فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ فَسَلْهُ مَا يُبْكِيكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ - فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِمَا قَالَ. وَهُوَ أَعْلَمُ. فَقَالَ اللَّهُ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِى أُمَّتِكَ وَلاَ نَسُوءُكَ.
Dari Abdullah bin Amru bin Ash bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca Firman Allah ‘Azza Wa Jalla dalam (hal perkataan) Nabi Ibrahim, “Ya Tuhanku sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim [14] : 36). Dan seterusnya. Dan berkata Isa a.s: “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maaidah [5] : 118). Lalu Nabi Muhammad saw mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Alllah, ummatku ummatku” dan beliau menangis. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman, ‘Hai Jibril, temuilah muhammad, sedang Tuhanmu lebih mengetahui, lalu tanyalah dia, apa yang menjadikan kamu menangis?’ Lalu Jibril mendatangi Nabi saw dan menanyainya. Maka Rasulullah saw memberi khabar pada-Nya dengan apa yang telah Nabi katakan, sedang Dia mengetahui. Lalu Allah berfirman, ‘Hai Jibril, temuilah muhammad, lalu katakanlah padanya: Sesungguhnya Aku akan meridhoimu dalam ummatmu dan Aku tidak menjadikanmu sedih’.” (HR. Muslim dengan Syarah An-Nawawi No. 346—202452)
Imam An-Nawawi dalam Syarah Shohih Muslim mengemukakan bahwa sikap Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam itu adalah merupakan kasih sayang Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam sempurnanya terhadap ummatnya dan perhatiannya terhadap kemaslahatan mereka, dan konsennya terhadap urusan ummatnya.
Lebih dari itu, siapakah yang lebih berperasaan kasih sayang terhadap seluruh manusia melebihi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menganjurkan:
اِرْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ [ الترمذي، حسن صحيح في تحفة الأحوذي رقم 1930].
“Sayangilah orang yang di bumi niscaya kamu akan disayangi oleh (Allah) Yang di langit.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi, Hasan Shohih, dalam syarah Jami’ut Tirmidzi —Tuhfatul Ahwadzi— No. 1930)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, menurut kebiasaan manusia yang berperasaan mencintai, tingkah laku orang yang dicintai selalu dipandang baik, dibela dan kalau ada kesalahan diusahakan untuk dimaafkan dengan berbagai jalan. Kebiasaan ini pun dialami oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga betapa besar semangat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam agar kerabatnya yang dihormati masuk Islam. Karena bersemangatnya itu, sesuai dengan rasa cintanya, karena memang kerabatnya ini (Abu Thalib paman Nabi Shalallaahu alaihi wasalam) membela Nabi dalam hal penyiaran Islam, namun Allah Subhannahu wa Ta'ala menegurnya:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [القصص/56]
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qoshosh [28] : 56)
Tebalnya rasa kasih sayang Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang tiada bandingannya itu ternyata masih dikalahkan oleh hati kerabatnya itu sendiri (Abu Thalib, paman Nabi Shalallaahu alaihi wasalam) yang memang tidak mau masuk Islam. Demikian pula kasih sayang Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam masih dikalahkan oleh perbuatan kaumnya yang menjadikan Nabi sampai mengeluh kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, lantaran kaumnya membelakangi Al-Quran, tidak menggubris Al-Quran.
Sebenarnya, sikap kaum yang membelakangi Al-Quran itu keterlaluan. Betapa tidak. Rasa kasih sayang, bahkan kesabaran Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam bisa disimak dari sikapnya ketika dalam perang Uhud beliau berdarah wajahnya, dan beliau mengusap darah di wajahnya itu sambil berkata:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ. [رواه البخاري و مسلم].
Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa) kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, sikap tidak menggubris Al-Quran, membelakangi, berpaling dari ayat-ayat Allah itu sama sekali bukan kejahatan yang ringan dan mengaduhnya Nabi atas sikap kaumnya yang tak menghiraukan Al-Quran itu, bukan berarti menunjukan keputusasaan beliau. Tidak. Namun, sikap kaum yang membelakangi Al-Quran itulah yang tak tahu diri. Terbukti, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak dipersalahkan mengaduh seperti itu. Bahkan Allah sendiri mengecam keras terhadap orang-orang yang membelakangi Al-Quran atau berpaling dari Al-Quran, dengan firmanNya,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآَيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ [الكهف/57]
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?" (QS. Al-Kahfi [18] : 57)
Lima golongan yang membelakangi Al-Quran
Sikap mengabaikan Al-Quran yang sangat dikecam itu jelas disebut oleh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam sendiri dilakukan oleh kaumnya. Kaumnya itu bukanlah hanya bangsa Arab, bukan hanya bangsa Quraisy, namun adalah kaum yang ada ketika Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam diutus dan sesudah itu.
Lantas, siapakah mereka yang termasuk jelas-jelas berpredikat menjadikan Al-Quran di belakang punggungnya itu?
Menurut Ibnu Qoyim ada 5 jenis atau 5 macam orang yang termasuk berpaling dari Al-Qur’an.
Lima macam orang yang membelakangi Al-Quran itu, menurut Ibnu Qoyim adalah:
  1. Berpaling dari mendengarkan dan mengimani Al-Quran
  2. Berpaling dari mengamalkan Al-Quran walaupun membaca dan mengimaninya.
  3. Berpaling dari menegakkan dan menggunakan hukum-nya.
  4. Berpaling dari mengkaji dan memahami artinya.
  5. Berpaling dari berobat dan mengobati orang lain dengan Al-Quran dalam seluruh penyakit hati. (Lihat Tafsir Mahaasinut Ta'wil 12/575)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, setelah kita mendapatkan penjelasan ayat-ayat Allah seperti ini, apakah kita melupakannya lagi seperti yang telah diperingatkan Allah tersebut?
Kita tahu, bahwa Allah memberikan tuntunan kepada manusia adalah demi kebahagiaan manusia itu sendiri di dunia dan akherat. Dan kita tahu, Allah adalah Rouufur Rahiem, Maha kasih sayang yang amat sayang, hingga kepada umat Islam diberi petunjuk-petunjuk komplit, sampai model pakaian untuk muslimah, misalnya, itupun dengan sikap dan sifat kasih sayangNya Allah masih 'sudi' menunjuki, lewat Al-Quran. Maka pantas kalau Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengeluh dengan sangat menyayangkan sikap sebagian kaumnya yang berpaling dari Al-Quran, dan Allah pun menyebut kaum macam itu sebagai terlalu zhalim. Dalam bahasa pergaulan manusia sehari-hari bisa disebut 'disayangi tapi malah tak tahu diri'. Lebih-lebih kalau sampai berani mencari-cari alasan untuk membenarkan sikap berpalingnya itu. Sikap semacam itu lebih dahsyat lagi hingga Allah mengemukakan pertanyaan yang cukup dahsyat pula,
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [الحجرات/16]
Katakanlah (kepada mereka), "Apakah kamu akan mengajari Allah tentang agamamu (keyakinanmu) padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hujurat [49] : 16)
Usaha Mengikis
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, sikap berpaling dari Al-Quran yang telah dikeluhkan oleh Nabi dan dikecam oleh Allah itu, bisa dikikis dengan berbagai usaha. Nan jauh di desa-desa pelosok sana, betapa banyak masjid, musholla dan langgar yang setiap malamnya untuk bertadarrus di bulan Ramadhan. Semangat mereka tetap tinggi, walau lampu-lampu yang menerangi kadang-kadang sangat sederhana, bahkan minyaknya pun tersendat-sendat. Sudahkah kita menyumbangkan sesuatu untuk mereka? Kitab-kitab Mushaf Al-Quran yang mereka baca pun sudah rusak. Sudahkah kita pikirkan? Sebaliknya, di masjid-masjid kota yang cukup terang benderang dan banyak berjajar kitab Al-Qurannya, tekunkah kita membaca Al-Quran dan ber'iktikaf di masjid-masjid itu? Dan di balik itu, anak-anak kita serba kita manjakan, apa saja kemauannya kita turuti. Sudahkah kita didik mereka itu secara benar-benar tentang Al-Quran?
Mungkin, seribu pertanyaan akan ditujukan pada kita, dalam saringan: Apakah kita termasuk golongan orang-orang yang membelakangi Al-Quran tersebut atau tidak. Termasuk penyokong, pendukung bahkan pelopor yang membelakangi Al-Quran atau tidak. Dan seberapa usaha kita untuk mengikis sikap membelakangi Al-Quran itu. Semuanya akan dinilai. Dan Al-Quran pun menjadi saksi di akherat nanti. Itulah yang perlu kita sadari sejak kini.
Mudah-mudahan kita, keluarga kita, dan ummat Islam pada umumnya terhindar dari golongan orang-orang dzalim yang berpaling dari Al-Quran itu. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْوَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Siapkan Diri Kita untuk Ibadah di Bulan Ramadhan

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [البقرة/183]
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS Al-Baqarah: 183).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat ini, seraya menyuruh mereka agar berpuasa. Yaitu menahan dari makan, minum dan bersenggama dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala. Karena di dalamnya terdapat penyucian dan pembersihan jiwa. Juga menjernihkannya dari pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang rendah.
Allah menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hal yang sama juga telah diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari sanalah mereka mendapat teladan. Maka hendaknya mereka berusaha menjalankan kewajiban ini secara lebih sempurna dibanding dengan apa yang telah mereka kerjakan.(Tafsir Ibnu Katsir 1/313).
Imam As-sa’di dalam tafsirnya menjelaskan, lafal { لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ } agar kamu bertaqwa, karena puasa itu merupakan satu penyebab terbesar untuk taqwa. Karena shiyam itu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di antara cakupan taqwa adalah bahwa shiyam itu meninggalkan apa-apa yang diharamkan Allah berupa makan, minum, jima’ (bersetubuh) dan semacamnya yang nafsu manusia cenderung kepadanya. Itu semua untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan meninggalkan hal-hal (yang biasanya dibolehkan itu) adalah dengan mengharap pahala-Nya. Itulah di antara amalan taqwa.
Dan di antaranya bahwa orang yang shiyam itu melatih diri untuk menyadari pengawasan Allah Ta’ala, maka ia meninggalkan apa yang dicenderungi nafsunya pada masa dirinya mampu melakukannya (melanggarnya), (namun hal itu tidak dilakukannya) karena kesadarannya terhadap pengawasan Allah atasnya. Dan di antaranya, bahwa shiyam itu mempersempit laju peredaran syetan, karena syetan beredar pada anak Adam (manusia) dalam aliran darah, maka dengan shiyam itu melemahkan operasinya dan mengurangi kemaksiatan. Diantaranya pula bahwa orang yang shiyam pada umumnya banyak taatnya, sedang taat itu adalah bagian dari taqwa. Dan diantaranya bahwa orang kaya apabila dia merasakan perihnya lapar maka mendorong dirinya untuk menolong orang-orang fakir lagi papa, dan ini termasuk bagian dari taqwa. (Tafsir as-Sa’di, juz 1 halaman 86).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, ketika seseorang meningkat kesadarannya dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, dan meningkat kesadarannya bahwa dirinya senantiasa dalam pengawasan Allah, maka saat itulah dia dalam kondisi mendekat pada Allah. Lantas disertai pula kesadaran untuk menolong orang-orang yang kesulitan hidupnya, maka berarti meninggikan tingkat kasih sayangnya kepada makhluk. Yang hal itu akan menjadikan dia disayangi oleh Allah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ ».
"Orang-orang yang menyayangi (penduduk bumi) maka mereka disayangi Ar-Rahman (Allah). Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi Yang di langit." (HR Abu daud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
Jama’ah jum’ah rahimakumullah, ketika seorang hamba menjalankan shiyam Ramadhan dengan penuh ketaatan kepada Allah, menyadari pengawasan Allah, dan menyadari perihnya penderitaan manusia miskin lagi sengsara hingga menyayanginya dengan menolongnya, maka di situlah puncak ketaatan manusia sebagai hamba Allah. Yakni taat kepada Rabbnya, dan kasih sayang pada manusia lemah.
Lafal { لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ } agar kamu bertaqwa, insya Allah dapat diraih oleh hamba Allah yang seperti itu.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, untuk meraih derajat taqwa seperti itu, tentunya perlu menghindari hal-hal yang menghalanginya. Baik itu yang bersifat godaan hawa nafsu, godaan syetan, maupun hilangnya kasih sayang terhadap manusia. Dan yang paling menonjol perusakannya terhadap ibadah puasa adalah hal yang sekaligus merusak hubungan kedua-duanya, yakni merusak hubungan terhadap manusia dan sekaligus merusak hubungan kepada Allah Ta’ala. Di antaranya adalah berkata dusta dan pratek dusta. Sehingga shiyam Ramadhan yang nilainya sangat tinggi itu langsung rusak gara-gara dusta.
Nabi  bersabda:
(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )) رواه البخاري.
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya.” (HR. Al Bukhari).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, bagaimana Allah akan menerima shiyam orang yang berkata dan berbuat dusta alias bohong. Shiyam adalah mendekatkan diri dengan taat, sampai mau untuk meninggalkan hal-hal yang aslinya boleh dilakukan ketika tidak berpuasa, seperti makan, minum, dan jima’. Ketaatan meninggalkan hal yang aslinya bukan haram, ketika ada perintah wajib ditinggalkan, maka ditinggalkan. Ini mestinya diikuti dengan sikap, bahwa yang mubah (boleh) saja harus ditinggalkan, apalagi yang haram, maka lebih harus ditinggalkan. Namun ketika yang haram tetap dilakukan padahal sudah payah-payah meninggalkan yang mubah, itu sikap yang tidak tahu diri. Merusak pekerjaan diri sendiri.
Kenapa? Karena yang mubah saja harus ditinggalkan. Mestinya yang haram lebih ditinggalkan. Lha kok malah dikerjakan, itu namanya tidak tahu diri. Maka tepat sekali ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya.” (HR. Al Bukhari).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Satu hadits yang singkat, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya.” (HR. Al Bukhari) itu mengandung makna yang sangat luas. Coba kita bayangkan. Ketika kita shiyam Ramadhan, namun makan dan minum kita, bahkan pakaian yang kita pakai untuk berpuasa maupun untuk shalat; bila hal itu dihasilkan dari perkataan dan perbuatan dusta, maka jelas tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Bahkan do’a kita pun tidak dikabulkan-Nya.
Di hari-hari biasa selain Ramadhan pun, masalah makanan dan minuman haram itu sangat harus dijauhi. Baik haram karena dzat barangnya, maupun haram karena cara menadapatkannya ataupun mengolahnya (memprosesnya).
Ummat Islam wajib berhati-hati terhadap makanan, minuman, dan apa saja yang diharamkan. Lebih-lebih mengenai makanan dan minuman haram. Karena dampaknya sangat fatal, di antaranya ketika di dunia, do’a dari orang yang makan dan minumnya serta pakaiannya haram maka tidak diterima oleh Allah Ta’ala. Sedang di akherat, daging yang tumbuh dari yang haram itu nerakalah yang lebih berhak atasnya.
Dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
(كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ). (رواه أحمد والترمذي والدارمي).
"Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih utama dengannya." (HR Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ad-Darimi).

وعن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - : (( أيُّهَا النَّاسُ ، إنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إلاَّ طَيِّباً ، وإنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِينَ . فقالَ تعالى :{ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً } [ المؤمنون : 51 ] ، وقال تعالى : { يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } [ البقرة : 172 ] . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أشْعثَ أغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ : يَا رَبِّ يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، ومَلبسُهُ حرامٌ ، وَغُذِّيَ بالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟ رواه مسلم .
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shalllahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkan oleh para rasul.
Allah Ta’ala berfirman:

{ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً } [ المؤمنون : 51 ]
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. (QS Al-Mukminun: 51). Dan Allah ta’ala berfirman:

{ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } [ البقرة : 172 ] .
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu (QS Al-Baqarah: 172).
"Lalu Rasulullah menuturkan tentang seorang lelaki yang pergi mengembara hingga rambutnya kusut berdebu, lalu dia mengangkat tangan ke arah langit sambil berdo’a: Ya Rabbi, ya Rabbi, berilah aku sesuatu, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya haram, dan dimakani dengan yang haram pula. Bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan karena demikian. (HR Muslim).
Diriwayatkan bahwa pada suatu malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sulit tidur. Kemudian isteri beliau bertanya, “apa yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa tidur?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

« إِنِّى وَجَدْتُ تَحْتَ جَنْبِى تَمْرَةً فَأَكَلْتُهَا وَكَانَ عِنْدَنَا تَمُرٌ مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَخَشِيتُ أَنْ تَكُونَ مِنْهُ ».
"Sesungguhnya saya menemukan di bawah bahu saya sebutir kurma, maka saya makan, sedangkan di sisi kami ada kurma-kurma dari kurma sedekah (zakat), maka saya takut jika kurma tersebut adalah kurma dari sedekah.” (HR Ahmad dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma).
عن عائشة رضي الله عنها ، قالت : كَانَ لأبي بَكر الصديق - رضي الله عنه - غُلاَمٌ يُخْرِجُ لَهُ الخَرَاجَ ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأكُلُ مِنْ خَرَاجِهِ ، فَجَاءَ يَوْماً بِشَيءٍ ، فَأكَلَ مِنْهُ أَبُو بَكْرٍ ، فَقَالَ لَهُ الغُلامُ : تَدْرِي مَا هَذَا ؟ فَقَالَ أَبُو بكر : وَمَا هُوَ ؟ قَالَ : كُنْتُ تَكَهَّنْتُ لإنْسَانٍ في الجَاهِلِيَّةِ وَمَا أُحْسِنُ الكَهَانَةَ ، إِلاَّ أنّي خَدَعْتُهُ ، فَلَقِيَنِي ، فَأعْطَانِي لِذلِكَ ، هَذَا الَّذِي أكَلْتَ مِنْهُ ، فَأدْخَلَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ فَقَاءَ كُلَّ شَيْءٍ فِي بَطْنِهِ . رواه البخاري .
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Abu Bakar mempunyai budak sahaya yang mengeluarkan kharaj (sesuatu yang diwajibkan tuan atas budaknya untuk dibayar/ ditunaikan tiap hari) untuknya, dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memakan dari kharajnya itu. Tiba-tiba budak itu pada suatu hari membawa makanan, maka dimakan oleh Abu Bakar, kemudian budak itu bertanya: “Tahukah kau, apa ini?”
Abu Bakar berkata: “Apa dia?” Budak itu berkata: “Pada masa jahiliyah dulu saya pernah berlagak jadi dukun, padahal saya tidak mengerti perdukunan, hanya semata-mata mau menipu. Maka kini dia bertemu padaku mendadak memberi padaku makanan yang kau makan itu.” Maka segera Abu Bakar memasukkan jarinya dalam mulut, sehingga memuntahkan semua isi perutnya. (Shahih Al-Bukhari nomor 3842, dan di Kitab Riyadhus Shalihin bab Wara’ dan meninggalkan syubhat).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohi, bukan di bulan Ramadhan saja sebegitu hati-hatinya terhadap makanan. Hingga hanya karena khawatir yang dimakan itu satu butir kurma yang dikhawatirkan termasuk kurma sedekah (karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dibolehkan menerima sedekah) maka beliau jadi sulit tidur karena menggelisahinya.
Contoh lainnya, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sampai memuntahkan isi perutnya semua karena ada makanan yang terlanjur masuk dikatakan budaknya sebagai hasil praktek perdukunan sang budak.
Itu semua tidak diriwayatkan berkaitan dengan Ramadhan, artinya di hari-hari biasa. Itupun makanan yang dikhawatirkan tidak halal, sangat dijauhi. Karena memang ancamannya, di samping ibadah dan do’a akan tertolak, masih pula diancam neraka. Maka bagaimana pula bila berpuasa Ramadhan, mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan bekal makanan dan minuman yang haram? Baik dzatnya maupun cara memperolehnya ataupun memprosesnya?
Semoga kita dihindarkan dari aneka cara tipu daya yang hanya akan merugikan kita sendiri.
Apabila kita dapat lulus dari aneka keharaman, dusta, tipuan, tingkah palsu dan semacamnya, dan beribadah ikhlas untuk Allah, maka insya Allah amaliyah Ramadhan akan mendapatkan berkah. Karena sebenarnya Ramadhan adalah bulan yang diberkahi, yakni banyak kebaikannya.
كَانَ رَسُوْلُ الله  يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ يَقُوْلُ: (( قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، كَتَبَ الله عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوِابُ الجَحِيْمِ، وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ )) رواه أحمد والنسائي. تحقيق الألباني ( صحيح ) انظر حديث رقم : 55 في صحيح الجامع .
"Rasulullah  biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para syetan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (H.R. Ahmad dan An Nasa’I, shahih menurut Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ nomor 55).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, Ramadhan, bulan yang mulia, bulan al-Qur'an, bulan shiyam, bulan bertahajjud dan qiyamullail, bulan kesabaran dan takwa, bulan yang terdapat di dalamnya suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan di mana syetan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka.
Bulan saat amal kebaikan dilipat gandakan dan penuh berkah dalam ketaatan, bulan pahala dan keutamaan yang agung. Maka seyogyanya setiap yang mengetahui sifat-sifat tamu ini untuk menyambutnya sebaik mungkin, mempersiapkan berbagai amal kebajikan agar memperoleh keberuntungan yang besar dan tidak berpisah dengan bulan itu, kecuali ia telah menyucikan ruh dan jiwanya.
Allah Ta'ala berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)
Artinya, "Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu" (QS.asy-Syams: 9)
Kaum salaf, pendahulu Ummat ini telah memahami betapa tinggi nilai tamu tersebut (Ramadhan). Oleh karena itu, diriwayatkan, bahwa mereka berdo'a kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya, dan apabila mereka mengakhirinya, mereka menangis dan berdo'a kepada Allah agar amal mereka pada bulan-bulan yang lain diterima, demikian seperti dinukil Ibnu Rajab rahimahullah. (Nasyarah,"Kaifa nastaqbilu Ramadhan" (Abu Mush'ab Riyadh bin Abdur Rahman al-Haqiil).
Apabila kita mempersiapkan diri untuk ibadah kepada Allah Ta’ala di bulan yang diberkahi yakni Ramadhan dengan menghindari aneka hal yang haram dan membatalkan pahala, maka insya Allah derajat taqwa akan kita raih. Sedang Allah telah memberi pujian kepada orang yang taqwa:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [الحجرات/13]
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al-Hujurat/ 49: 13).
Dan semoga kita terhindar dari ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوع
"Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan bagian apa-apa dari puasanya, kecuali lapar". (HR. Ahmad dan terdapat dalam Shahih Al Jami' No. 3490).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
===============
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ .

Rabu, 10 Agustus 2011

Disk Quota Pada Linux

Dengan mengaktifkan fitur ini pada linux redhat, maka administrator dapat membatasi besarnya kapasitas yang akan dialokasikan untuk setiap usernya di setiap partisinya.

Ada 2 versi yang dirilis, versi 1 untuk kernel linux 2.2 dan versi 2 kernel linux 2.4 dan 2.6. dengan nama file kuota adalah sbb:

*
Kuota versi 2 (Linux 2.4/2.6 kernel: Red Hat 7.1+/8/9,FC 1-3): aquota.user, aquota.group
*
Kuota Version 1 (Linux 2.2 kernel: Red Hat 6, 7.0): quota.user, quota.group

Langkah-langkah agar dapat mengaktifkan fitur ini adalah sbb:


1. Edit file /etc/fstab
Sebagai contoh kita ingin memberikan kuota pada partisi /home kita harus menambahkan “usrquota” sesudah “defaults”. Hal yang sama diterapkan untk kuota group.

…..
/dev/hda2 /home ext3 defaults,usrquota 1 1
/dev/hda2 /home ext3 defaults,usrquota, grpquota 1 1
…..

2. Definisikan di /etc/fstab dan update file sistem dengan:

$touch /partition/aquota.user

Jika kuota group juga diberlakukan, aturan yang sama seperti diatas juga dierapkan

$touch /partition/aquota.group

Ubah atribut file:

chmod 600 /partition/aquota.user

Untuk contoh diatas adalah: chmod 600 /home/aquota.user. Hal yang sama diberlakukan untuk /home/aquota.group.

3. Boot ulang atau mounting ulang partisi yang akan di bikin kuota.
o
Boot ulang: shutdown -r now
o
Mount partisi: mount -o remount /home

4. Scan sistem file dan update file kuota (aquota.user/quota.user)

Sebaiknya perintah ini dijalankan pada program startup (rc.local)

quotacheck -vgum /home

atau

quotacheck -vguma
*
Sebagai contoh untuk (Linux kernel 2.4+: Red Hat 7.1+, Fedora):

quotacheck -vguma

quotacheck: WARNING - Quotafile //aquota.user was probably truncated. …
quotacheck: Scanning /dev/hda2 [/] done
quotacheck: Checked 9998 directories and 179487 files
*
Contoh (Linux kernel 2.2: Red Hat 6/7.0):

quotacheck -v /dev/hda2

Respon sistem:
Scanning /dev/hda6 [/home] done
Checked 444 directories and 3136 files
Using quotafile /home/quota.user

5. Untuk mengaktifkan atau menonaktifkan kuota.

quotaon -av

Respon Sistem:

/dev/hda6: user quotas turned on
quotaon - untuk mengaktifkan sistem file
quotaoff - untuk menonaktifkan sistem file

6. Penentuan Kuota untuk tiap user:

edquota -u user_id

Contoh: edquota -u adhi

Disk quotas for user adhi (uid 501):
Filesystem blocks soft hard inodes soft hard
/dev/hda2 1944 0 0 120 0 0

blocks: 1k block
inodes: Jumlah direktori
soft: Jumlah blocks/inodes maksimum sebelum ada peringatan.
hard: Jumlah blocks/inodes maksimum.
(Jika diset “0″ (nol) menunjukkan batasan unlimit)

Hal yang sama dapat diterapkan untuk grup:

edquota -g group_name

7. List kuota:

quota -u user_id

contoh: quota -u user1

Respon sistem:

Disk quotas for user user1 (uid 501):
Filesystem blocks quota limit grace files quota limit grace
/dev/hda6 992 50000 55000 71 10000 11000

Popular Posts